BPR : Time is Life dan Life is Short, Kembangkan/Modifikasi
Produk dan
Lakukan
Penjualan secara All Out
Oleh : Kardi Jfi*
Dari
dulu telah kerap didengar ungkapan yang
menyatakan Time is money. Sesungguhnya
tidak sepenuhnya pengertian itu benar. Contohnya, kalau hari ini kita memiliki
target mendapatkan uang Rp 300 ribu, jika kita tidak mendapatkannya hari ini,
dengan upaya ekstra, maka kemungkinan besok atau lusa uang tersebut masih
mungkin didapat. Tetapi, jika waktu saat
ini, atau hari ini tidak digunakan dengan
baik, maka jangan harapkan besok atau lusa itu dapat digunakan. Untuk
mempertegas pemahaman tersebut, disini dikedepankan sebuah pepatah Cina yang
menyatakan :”We can never step into the
same river twice” (Kita tidak pernah melewati sungai yang sama dua kali).
Begitulah sesungguhnya waktu, yang sudah berlalu, tidak dapat lagi dijangkau,
karena waktu tak pernah menunggu. Memang makna waktu secara penuh itu adalah hidup. Ya,
Time is Life.
Masalahnya hidup itu relatif singkat ( Life is short ). Dari berbagai pendapat yang telah mengemuka, maka
rata-rata hidup seseorang di sini adalah 65 tahun. Angka 65 tahun seolah-olah
menyatakan hidup adalah panjang, padahal tidak. Kalau saat ini seseorang berusia 35 tahun, maka sisa hidupnya tinggal 30
tahun misalnya. Kalau dihitung penggunaan waktu yang benar-benar digunakan untuk
berkarya adalah sekitar 15 tahun. Pengurangnya waktu tidur yaitu 1/3-nya,
sisanya mungkin bersahabat dengan kemacetan jalan raya, arisan, kondangan,
nongrong, dan lain-lain.
Mengingat hal tersebut, maka
sudah sepantasnya waktu yang ada digunakan untuk hal-hal yang positif,
produktif dan konstruktif, untuk menciptakan dan merangkai rantai nilai.
Kalaupun sampai datang godaan emosi negatif, yang bernegasi dengan produktivitas seseorang, seperti marah, takut,
benci, depresi, sombong, maka sudah sebaiknya, pencetus emosi tersebut
diidentifikasi, ditata, dan dimotivasi supaya jadi positif. Dalam pada itu,
mengingat waktu yang ada, maka berupaya
lah jatuh cinta setiap hari terhadap apa yang telah dimiliki, seperti
pekerjaan, istri/suami, anak dan juga meningkatkan cinta kepada sesama dan
lingkungan hidup. Karena cinta dapat memacu tenaga yang luar biasa untuk berkarya
dan untuk memberi.
Bagaimana dengan pengembangan
BPR (Bank Perkreditan Rakyat), di selah-selah waktu yang ada, yang masih
termasuk institusi keuangan terkecil volume usahannya diantara industri
finansial. Supaya tampil melakukan perubahan-perubahan besar dengan kinerja
yang prima, maka setiap pelaku-pelaku BPR yang ada haruslah secara inovatif dan
kreatif melakukan berbagai hal yang harus dilakukan.
Dalam konteks pengembangan
atau modifikasi produk, baik produk di sisi landing,
funding atau fee base income, karena
pengaruh regulasi atau kebijakan baru, seperti perubahan BI Rate, LPS Rate, pengaruh krisis finansial dari eksternal atau variabel lainya
seperti inflasi, atau karena produk sudah mengalami decline, kalau memang harus dilakukan, lakukanlah segera.
Pengembangan atau modifikasi
produk BPR tidak selalu harus didasarkan pada hasil penelitian yang lama dan
mahal, masih banyak hal di depan mata yang masih dapat dimodifikasi, baik di
sisi internal maupun eksternal. Dalam lingkup internal aspek yang bisa
dilakukan inovasi dalam rangka modifikasi produk, seperti proses, kesuksesan penjualan,
kegagalan yang pernah dialami. Aspek proses misalnya, kalau pencairan kredit
misalnya selama ini masih relatif lama dan mahal, dapat dibuat proses lebih
cepat, dengan harga yang lebih
terjangkau, untuk memuaskan nasabah dengan tetap memitigasi resiko-resiko yang
ada secara baik.
Dari sisi eksternal yang dapat
diinovasi dalam rangka modifikasi produk, seperti pada aspek geografis,
demografis maupun dari sisi psikografis. Teliti dengan baik, aspek mana saja
yang dapat diakomodir untuk keperluan modifikasi
produk.
Supaya inovasi untuk
modifikasi produk BPR lebih cenderung berhasil dan berkelanjutan, maka sebaiknya
dilakukan kerjasama yang kohesif antar bagian. Pekerjaan tersebut, tidak
merupakan porsi bagian pemasaran semata, tetapi juga adalah buah kerjasama
dengan bagian operasional. Untuk menentukan pricing
produk hasil modifikasi misalnya, perlu laporan keuangan BPR yang akurat dari bagian operasional, seperti maturity profile dana pihak ketiga, LDR,
CAR, Cash Ratio, ROA, dan lain-lain.
Dalam pada itu, karena
modifikasi produk BPR adalah untuk para nasabah, maka ada baiknya dari awal
kegiatan modifikasi, diakomodir hal-hal yang menjadi kebutuhan dan keinginan
mereka.
Hal yang perlu juga
diperhatikan untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan inovasi untuk modifikasi
produk adalah kegiatan promosi. Harus direncanakan secara baik pelaksanaan
promosi produk, baik yang dilakukan melalui above
the line atau promosi lewat lini atas, seperti TV, Radio, Koran/Tabloid,
Majalah, maupun melalui below the line
(seperti sponshorship, pameran).
Promosi yang dilakukan akan mendukung meningkatnya brand equity maupun brand
image dari produk. Sehingga pada suatu saat, akan ada nantinya
produk-produk BPR yang termasuk memiliki top
brand.
Akhirnya, setelah modifikasi
produk BPR siap diluncurkan maka
mengingat Time is life dan Life is short, lakukanlah penjualan
secara all out. Penjualan secara all out di sini mengintegrasikan antara unsur fisik, mental, moral, emosional oleh
seluruh tim SDM BPR. Pertama, fisik. Seorang
atlet, seperti atlet Bulu Tangkis, bisa menjadi pemenang, karena mempersiapkan
aspek fisiknya secara baik sebelum bertanding melalui latihan dan asupan gizi
yang baik. Begitu pula dengan aspek fisik para pemasar di BPR, haruslah secara
baik dipersiapkan untuk melakukan penjualan. Kalau pemasar atau marketer sering sakit atau penampilannya
kurang pas dengan para nasabah, sangat riskan melakukan penjualan produk secara
maksimal.
Kedua, aspek mental/intelektual.
Aspek mental merupakan kekuatan dalam melakukan penjualan yang bersumber dari
intelektual atau pengetahuan tim pemasar atau Account Officer BPR. Oleh
karena itu, supaya penjualan produk dapat dilakukan secara maksimal dan
berkesinambungan maka BPR atau pemasar harus proaktif meng-up grade atau meningkatkan aspek intelektual atau pengetahuannya,
khususnya menyangkut bidang-bdang yang terkait dengan penjualannya, seperti
pengetahuan produk, komunikasi, presentasi, baik secara personal maupun
institusional, seperti rajin membaca, sering bertanya kepada yang lain, atau
mengikuti pelatihan.
Ketiga, aspek moral.
Kekuatan ini mencakup sikap dan nilai-nilai spritual yang dimiliki BPR atau tim
pemasar. Kekuatan dalam penjualan dari aspek ini memadukan unsur kultur,
motivasi, integritas dan penerapan kecerdasan spiritual. Para Pemasar yang akan melakukan penjualan
secara all out, tidak hanya cukup
didorong dengan motivasi yang tinggi,
tetapi harus juga diiringi dengan integritas dan implementasi nilai-nilai
spritual yang dimiliki.
Keempat, aspek emosional.
Kecerdasan emosional merupakan unsur yang dominan dalam keberhasilan melaksakan penjualan. Robin,
pernah berkata :”Emotion create Motion”. Jadi, Emosi sangat menentukan jenis
tindakan yang akan dilakukan. Emosi Positif melahirkan aksi yang positif,
begitu juga sebaliknya. Untuk itu, para pemasar senantiasa harus mengembangkan
kompetensinya dalam mengenali, menata, dan memotivasi emosi diri sendiri maupun
emosi orang lain, seperti tim kerja maupun nasabah. Karena Life is short, maka tak ada waktu lagi hidup berlama-lama dengan
emosi negatif, kalau pun emosi negatif pun datang menghampiri, harus segera
ditata supaya digantikan dengan pikiran dan emosi positif. Karena dari pikiran
dan emosi yang positiflah dapat dilakukan penjualan secara all out.
Penjualan yang dilakukan secara all
out, tidak hanya penting untuk meningkatkan kinerja BPR, tetapi juga
penting untuk menyesuaikan pricing
produk BPR dengan perubahan lingkungan bisnis, seperti perubahan BI Rate, ataupun LPS Rate. Kecenderungan perubahan suku bunga BI Rate ataupun LPS Rate,
menghendaki adanya penurunan suku bunga produk kredit. Variabel dalam pricing
produk kredit atau Base Landing Rate itu adalah Cost of Fund, Overhead Cost,
Cost of Money, Credit Risk, Margin. Misalnya formula Overhead Cost itu adalah Total Biaya Operasional dikurangi dengan
Biaya Bunga selama 12 bulan dibagi Rata-rata Aktiva Produktif selama 12 bulan
terakhir, baru hasilnya dikali 100%. Dengan demikian, jika penjualan produk,
khususnya hasil modifikasi, dilakukan secara all out, maka akan cenderung meningkatkan kapasitas realisasi
penjualan para pemasar atau AO. Berarti biaya, khususnya variabel cost akan cenderung menurun. Bila itu terjadi, disamping
berpeluang meningkatkan ekspansi berarti dapat meningkatkan margin keuntungan
sekaligus berpeluang menurunkan harga suku bunga, baik pada sisi funding maupun landing.
( *Penulis adalah Training Leader di JFI )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar