Sabtu, 14 Juli 2012

BPR : Keterkaitan KAP dan KAI

Keterkaitan KAP dan KAI
Oleh : Kardi Jfi*
          Apakah Kualitas Aktiva Produktif (KAP) dan Kualitas Aktiva Intelektual (KAI) memiliki titik taut pada perusahaan umumnya, dan pada perusahaan institusi keuangan khususnya ? Kalau dicermati berbagai refrensi tampaknya demikian. Pada umumnya beberapa refrensi yang ada sampai pada sebuah kesimpulan, bahwa untuk kelangsungan usaha secara berkesinambungan dengan kinerja yang relatif tinggi perlu didukung dengan pengembangan pada aspek KAI. Dengan demikian, secara umum kalau dipetakan dalam sebuah sumbu koordinat (absis dan ordinat), maka hubungan KAP dan KAI adalah  berbanding lurus dengan KAP. Lazimnya kalau KAI sumber daya manusia (SDM) institusi keuangan, seperti BPR,   relatif baik, maka  output-nya menghasilkan KAP-nya yang berkualitas dan sehat.
          KAP menjadi artikulasi pada tulisan ini dilatarbelakangi oleh peranan KAP itu sendiri. Dapat dikatakan, pada umumnya neraca sebuah perusahaan keuangan  80% asetnya atau hartanya terdiri dari Aktiva Produktif atau Pinjaman yang Diberikan (PyD) atau Kredit. Dan, pendapatan perusahaan di bidang keuangan/bank 80% biasanya berasal dari aktiva produktif. Dengan demikian, maka Kualitas Aktiva Produktif atau KAP perlu secara kontiniu dan konsisten dijaga dan ditingkatkan.
Salah satu parameter utama yang  digunakan dalam mengukur Tingkat Kesehatan Bank atau perusahaan pembiayaan saat ini adalah KAP. Ini semakin mengindikasikan bahwa memang KAP memiliki peranan yang vital.  Tak dapat disangkal, banyak cara untuk meningkatkan KAP itu, seperti Pembuatan dan pelaksanaan Kebijakan Kredit, Analisa Kredit, Komite Kredit, Pengikatan Kredit, Administrasi Kredit, Monitoring Kredit, Penerapan manajemen resiko kredit maupun Tim Recovery Credit atau Collection yang tangguh. Tetapi yang tak kalah penting sesunggugnya adalah pada aspek  Man behind the Gun atau Man behind the system, yaitu variabel KAI  SDM atau karyawaan BPR. Mengingat hal tersebut,  ungkapan yang menyatakan bahwa SDM adalah aset utama perusahaan memiliki nilai kebenaran.
Untuk menjaga dan meningkatkan KAP, maka logisnya KAI SDM atau karyawaan haruslah ditingkatkan.  Masalah yang dihadapi bank akan berkembang. Cara atau resep yang dilakukan dua tahun yang lalu dalam menangani masalah manajemen perkreditan, tentu tidak dapat sepenuhnya lagi digunakan ”memperkosa” masalah perkreditan saat ini. Kalaupun dipaksakan, maka KAP akan cenderung menurun. Oleh karena itu, perlu program dan pelaksanaan atau dapat dikatakan habit untuk mengembangkan KAI SDM perusahaan keuangan.
Banyak referensi yang dapat untuk mendukung hal tersebut, seperti Stephen R. Covey dalam bukunya 7 Habits of Highly Effective  People, memaparkan bahwa  habit yang ketujuh yang perlu dilakukan supaya efektif menangani masalah adalah mengasah gergaji, termasuk tentunya meningkatkan KAI dari SDM atau teamwork. William Cohen dalam bukunya yang berjudul the Art of Strategic, menyampaikan supaya karyawaan misalnya  mau dan mampu tampil sebagai pemenang  maka harus didukung dengan faktor fisik, mental dan moral. Cohen menyatakan ketiga hal tersebut harus seimbang dan selaras. Mental atau intelektual seseorang supaya dapat tampil sebagai pemenang, harus didukung faktor fisik dan moral atau nilai-nilai yang diakui. Oleh karena itu,  maka  kegiatan up grade intelektualitas karyawaan melalui proses belajar, seperti melalui Training, perlu dilaksanakan secara kontiniu dan konsisten supaya karyawaan dapat membawa banknya untuk tampil sebagai pemenang.
Dengan KAI SDM yang baik, maka pada akhirnya dapat menjadikan kompetensi SDM relatif tinggi, yang dapat menjadikan KAP perusahaan prima secara berkesinambungan, yang tentunya seluruh stage holder perusahaan dapat memperoleh  manfaatnya. Kompetensi SDM yang dimaksukan meliputi inter personal skills, intra personal skills, maupun analytical skills. Dengan demikian, KAI SDM perusahaan tidak hanya memahami apa yang dikerjakan dan mengapa harus dikerjakan, tetapi memiliki kompetensi  bagaimana  melakukan serta memiliki keinginan yang tinggi  melalui segenap kemampuan untuk melakukan aksi-aksi yang menjadi peranannya. 
Dalam rangka peningkatan KAI SDM di perusahaan, dapat dilakukan melalui pendidikan dan latihan, baik secara formal maupun secara mandiri dan informal. Upaya-upaya peningkatan KAI secara informal misalnya membaca buku-buku atau media massa, mendengar radio, akses internet, diskusi dengan rekan kerja.
Dalam rangka keberhasilan pelaksanaan pelatihan, baik yang dilakukan lembaga pelatihan maupun dengan cara in-house training, untuk meningkatkan KAI SDM BPR,   maka  ada beberapa yang perlu diperhatikan. Diantarannya, pertama, metode pelatihan. Potret SDM yang ikut dalam pelatihan pada umumnya diklasifikasikan menjadi 3 bagian, yaitu 1) lebih cepat belajar kalau melihat apa yang dilatihkan; 2) lebih cepat belajarr melalui mendengar; 3) lebih menyenangi kalau peserta sekaligus melakukan. Untuk itu, metode pelatihan harus disesuiakan dengan ketiga kondisi tersebut.
Kedua,  menentukan kebutuhan dan tujuan. Supaya sebuah pelatihan berpengaruh positip, maka sudah sebaiknya  terlebih dahulu dirumuskan tujuan dan kebutuhan pelatihan.
Ketiga, menyusun program pelatihan. Berdasarkan tujuan dan kebutuhan pelatihan, maka kegiatan selanjutnya yang perlu dilakukan adalah menentukan program dan SDM yang diikutsertakan dalam pelatihan.
Keempat,  melaksanakan evaluasi pelatihan. Beberapa alasan yang mendasari mengapa program pelatihan harus dievaluasi adalah: 1) memastikan bahwa pelatihan benar-benar merupakan sarana yang pas dalam usaha untuk memperbaiki kinerja dan produktivitas perusahaan; 2) memastikan bahwa biaya yang digunakan benar-benar dapat memberi manfaat;  3) untuk penyempurnaan pelaksanaan program pelatihan untuk masa selanjutnya; 4) sebagai bahan  dalam memilih metode-metode pelatihan yang paling tepat untuk pelaksanaan pelatihan berikutnya. Senada dengan pelaksanaan evaluasi pelatihan ini, maka sudah sebaiknya ROI (Return of Investment) terhadap sebuah pelatihan sudah mulai diukur perusahaan. Kalau ROI pelatihan yang dilakukan misalnya kecil, maka ada baiknya pelaksaan pelatihan disempurnakan atau diganti dengan program pelatihan yang lebih pas.
Muara dari proses pelatihan, baik yang dilakukan secara formal maupun informal adalah lahirnya budaya belajar bagi setiap SDM perusahaan. Kondisi yang demikian, akan mendukung semakin meningkatkatnya KAI SDM, yang pada akhirnya dapat meningkatkan KAP. Bila hal seperti itu berjalan secara berkesinambungan, maka NPL (Non Perform Loan)  di Perusahaan Keuangan/Bank akan semakin kecil atau kualitas kredit/aktiva produktif akan semakin baik.
{*Penulis adalah Training Leader di JFI (Jakarta Financial Institute), email = jfipusat@gmail.com, Hp. 081318967743}

Tidak ada komentar:

Posting Komentar