Senin, 16 Juli 2012

BPR : Peran dan Fungsi Customer Service dan Teller dalam Memberi Nilai Tambah


Peran dan Fungsi Customer Service dan Teller 
dalam Memberi Nilai Tambah
Oleh : Kardi Pakpahan*
            Peran dan fungsi Bank Perkreditan Rakyat (BPR), sesuai dengan namanya, masih banyak dibutuhkan oleh masyarakat, khususnya bagi mereka yang ada pada segmen Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). BPR adalah termasuk Lembaga Keuangan Mikro, diantara pelaku usaha lainya, seperti Koperasi Simpan Pinjam (Kospin), Unit Kredit Mikro Perbankan.
            Dari sisi perkembangan usaha secara nasional, dapat dikatakan dalam beberapa tahun terakhir BPR termasuk usaha yang masih bertumbuh secara signifikan. Namun akhir-akhir ini, industri BPR masih diperhadapkan dengan angka NPL (Non Perform Loan) yang masih relatif tinggi. BPR dengan NPL yang masih relatif tinggi tidak hanya ada di di luar pulau Jawa.
            Tentu, pengurus BPR selama ini sudah berupaya penuh dengan berbagai strategi menangani NPL atau meningkatkan kualitas aktiva produktifnya. Namun satu hal yang masih perlu dilakukan atau ditingkatkan BPR dalam rangka meningkatkan kualitas aktiva produktif atau kreditnya adalah melalui peningkatan kualitas pelayanan. Hal ini terkait dengan formula dari NPL itu sendiri itu adalah Total Kredit Bermasalah dibagi Total Outstanding Kredit. Dengan demikian, NPL dapat diperkecil, disamping menangani secara efektif  kredit pada kolektibilitas non perform, juga dengan ekspansi kredit baru secara baik kepada nasabah, yang dikenal dengan formula penyaluran kredit dengan prinsip 3T ( Tepat Guna, Tepat Jumlah, Tepat Waktu).
Beberapa tahun lalu, salah satu bank, yang dalam menangani kredit bermasalah, disamping banyak menggunakan strategi jitu penanganan melalui penerapan best practise,  juga sekaligus saat yang sama meningkatkan kualitas pelayanan adalah Bank Mandiri.  Salah satu tema peningkatan kualitas pelayanan Bank Mandiri di tengah-tengah tingginya NPL mereka dalam beberapa tahun yang lalu adalah “Melayani dengan hati menuju yang terbaik”. Koherensi antara  peningkatkan kualitas dan penerapan berbagai strategi penanganan  NPL telah dinikmati Bank Mandiri saat ini, karena NPL-nya sudah di bawah 5%. Slogan bisnisnya pun berubah menjadi :”Terbesar, Terpercaya, Tumbuh Bersama Anda”. Sebetulnya, BPR juga dapat melakukan hal yang sama.
Beberapa waktu lalu, penulis memiliki sebuah pengalaman tatkala ikut pada antrian untuk mendapatkan pelayanan di  Teller sebuah BPR. Singkat cerita, di bagian paling depan ada seorang Bapak yang komplein tentang lamahnya penyelesaian penarikan tabungan yang dilakukan. Mungkin karena terlalu capek atau karena hal lainnya, Teller yang melayani menyajikan jawabannya berikut :”Ini kan BPR, beginilah adanya”.  Si Bapak yang komplien terlihat masih menyimpan kekesalan mendapat respon seperti itu dan mukanya kelihatanya mencerminkan  ketidakpuasan.
            Antara BPR dengan usaha finansial lainnya, seperti bank umum, asuransi, perusahaan pembiayaan, perusahaan dana pensiun, dalam menyajikan kualitas pelayanan, sesungguhnya tidak dapat lagi dibedakan. Sebagai gambaran, skim nilai jaminan dana pihak ketiga di Bank Umum dan BPR sudah sama. Semua perusahaan, termasuk tentunya BPR, sudah seharusnya dapat memberikan pelayanan yang terbaik kepada nasabah. Untuk itu BPR perlu mencanangkan penyelenggaraan kualitas pelayanan (service quality) kepada nasabah secara kontiniu dan konsisten pada semua lini pelayanan, teristimewa di  fronf office, seperti di Customer Service, Teller/Kasir.
            Melalui kualitas pelayanan, maka pada akhirnya akan dapat membangun index kepuasaan dan loyalitas nasabah. Kalau nasabah puas, berarti curiga atau ketidakpercayaan nasabah ke BPR menjadi hilang dan  dapat dilakukan penjualan produk, sekaligus kemungkinan cross selling. Dalam pada itu,  nasabah yang puas dan merasa selalu diperhatikan, akan selalu senang berhubungan dengan BPR, dengan tetap menjadi pelanggan yang loyal dan sekaligus menjadi saluran promosi produk BPR ke pihak lain. Lazimnya, nasabah yang puas cenderung memberitahukannya ke pihak lain, khususnya kepada keluarga atau relasinya.
            Beginilah penelitian yang dilakukan Xerox tentang kepuasan konsumen atau Customer, bahwa :”Konsumen yang merasa puas secara total memiliki kecenderungan untuk melakukan pembelian berulang 6 kali lebih besar daripada konsumen yang hanya merasa puas”.
Apa saja yang  dapat dilakukan untuk menghasilkan kepuasaan dan loyalitas nasabah ? Menurut Frederick & Salter ada 5 (lima) variabel, yaitu : 1) harga; 2) kualitas produk; 3) kualitas jasa; 4) inovasi; 5) citra perusahaan. Untuk meningkatkan kualitas pelayanan di BPR, maka kelima hal tersebut dapat dijadikan sebagai instrumen untuk menyajikan kualitas pelayanan kepada nasabah.
Dalam pada itu, untuk semakin meningkatkan kualitas pelayanan, makna Customer Service sudah sebaiknya mengakomodir makna yang terkandung dalam Customer Care. Menurut A.B. Sutanto, ada makna khusus yang terkandung di dalam Customer Care. Pertama, tidak sekedar menjual, tetapi memiliki objektif membentuk “kelanggengan hubungan” antara BPR dengan nasabah. Berarti ada kesinambungan dan waspada terhadap gerakan pesaing.
Kedua, dari sisi pelaksanaan teknis, anggota organisasi harus menerapkan pendekatan preventif maupun konsultatif. Konsultatif dalam arti bukan hanya bertindak sebagai problem solver, tetapi juga meluas ke berbagai aspek lain.
Ketiga, tidak hanya menjawab dan menyelesaikan masalah kalau ada keluhan saja, tetapi berusaha secara preventif jangan sampai timbul keluhan, rasional maupun emosional, yang makin sering terjadi mengingat konsumen  atau nasabah sudah kian kritis dan bijaksana dalam membuat keputusan.
Untuk semakin mengefektifkan kualitas pelayanan pada BPR, khususnya pada Customer Service dan Teller, termasuk sekuriti, maka tentunya ada beberapa upaya yang dapat dilakukan. Sebagian diantaranya akan dikedepankan pada uraian berikut.
Pertama, standar pelayanan. Perlu dikedepankan standar pelayanan. Standar yang dimaksudkan dijadikan Standar Operation Prosedure (SOP) dan menjadi habit bagi sumber daya manusia. Standar yang dimaksukan tentunya dapat disusun antara lain memanfaatkan informasi dari konsumen atau nasabah internal, terutama mereka yang banyak berhubungan dengan konsumen atau front lines.
Kedua, komunikasi yang efektif. Komunikasi yang efektif itu mengandung unsur : 1) Respect (sikap menghargai setiap individu sasaran komunikasi); 2) Empathy ( kemampuan kita untuk menempatkan diri kita pada situasi atau kondisi yang dihadapi orang lain); 3) Audible (dapat didengarkan atau dimengerti); 4) Clarity (kejelasan dari pesan itu sediri sehingga tidak menimbulkan multi interprestasi); 5) Humble (membangun komunikasi yang efektif adalah sikap rendah hati.
Ketiga, kenali nasabah. Ada kata bijak yang mengatakan, tak kenal maka tak sayang. Nasabah juga manusia,  yang dapat jatuh cinta, jikalau BPR mampu mengenal dan memahami kebutuhan mereka.
Keempat, berikan senyum. Senyum, kata Gede Prama, adalah salah satu harta yang diberikan Tuhan ke Manusia. Dikatakan demikian, sebab senyum bisa mengubah banyak sekali, seperti sedih jadi gembira, benci jadi rindu, orang biasa jadi simpatik, suasana beku menjadi cair.
Kelima, menata emosi supaya merasa lebih baik setiap hari. Para peniliti A.M. Isen, K.A. Daubman dan G.P. Nowicki dalam tulisan mereka yang berjudul : ”Positive Affect Facilitates Creative Problem Solving” pada  Jounal of Personality and Social Psychology, Vol. 52, 1987 menyimpulkan : bahwa emosi positif dapat berdampak positif dalam penyelesaian masalah sementera emosi negatif menghambatnya. Oleh karena itu, khususnya Customer Service dan Teller, harus mengenali, mengelola, dan memotivasi emosinya supaya senantiasa positif.
(*Penulis adalah Trainer/Advokat, Telp. 0813-2895-0019, IG = kardi_pakpahan )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar